Berhubung hari senin saya ujian KSPK (Kapita Selekta Pengembangan Kepribadian), maka tulisan saya kali ini sedikit menyentuh salah satu materi kuliah yang sedikit banyak selalu saya kritisi (dalam hati) materi-materinya. Karena menurut saya banyak materi KSPK yang bersebrangan dengan rasa "kebenaran" yang saya miliki. Tapi kita tidak akan membahas rasa kebenaran yang saya punya, tetapi kita lebih membahas masalah etika, etiket, atau apapun namanya yang memiliki arti tidak jauh berbeda dengan itu.

 

Kata etika sering dirancukan dengan istilah etiket, etis, ethos, iktikad dan kode etik atau kode etika. Etika adalah ilmu yang mempelajari apa yang baik dan buruk. Etiket adalah ajaran sopan santun yang berlaku bila manusia bergaul atau berkelompok dengan manusia lain. Etiket tidak berlaku bila seorang manusia hidup sendiri misalnya hidup di sebuah pulau terpencil atau di tengah hutan. Etis artinya sesuai dengan ajaran moral, misalnya tidak etis menanyakan usia pada seorang wanita. Ethos artinya sikap dasar seseorang dalam bidang tertentu. Maka ada ungkapan ethos kerja artinya sikap dasar seseorang dalam pekerjaannya, misalnya ethos kerja yang tinggi artinya dia menaruh sikap dasar yang tinggi terhadap pekerjaannya. Kode atika atau kode etik artinya daftar kewajiban dalam menjalankan tugas sebuah profesi yang disusun oleh anggota profesi dan mengikat anggota dalam menjalankan tugasnya.

 

Sebagai contoh dari materi ini adalah ketika seorang perempuan (menurut dosen bahasa Indonesia saya yang cantik, kata perempuan lebih memuliakan daripada kata wanita) sering pulang larut malam. Menurut saya perempuan yang sering larut malam tidak terlalu masalah secara etika. Asalkan dia tidak melakukan perbuatan yang bukan-bukan. Apalagi kalau hal yang dia kerjakan sudah sangat jelas.

Tapi menurut etiket, hal ini bukanlah sesuatu yang baik. Karena orang sekitar tentunya belum tentu tau atau bahkan tidak mau tau sebab musabab seorang perempuan pulang larut malam. Apalagi ketika frekuensi "pulang larut malam" ini dilakukan setiap hari, tentunya pandangan orang disekitar akan menganggap buruh si perempuan tukang pulang larut malam.

Dan klo dilihat dari sisi etis atau tidak etisnya, anda dapat menilai sendiri apakah etis seorang perempuan selalu pulang larut malam. Penilaian kita secara umum terhadap perempuan semacam ini tentunya tidak akan ada yang membantah kecuali si tukang pulang larut malam itu sendiri. Dan posisi saya saat ini berada pada orang yang tidak suka melihat perempuan pulang larut malam. Apalagi yang setiap hari pulang larut malam. Lebih bagus dia pulang besok paginya daripada harus larut malam.

Tapi memasuki era emansipasi dan di kota-kota besar yang waktu seakan berlalu begitu cepat (lebai katrok y gw), kehadiran perempuan yang pulang malam mungkin dapat menjadi hal yang biasa. Kata-kata emansipasi didengungkan sebagai alasan seorang perempuan melakukan hal yang menurut kebanyakan orang tidak etis. Emansipasi menjadi topik kedua yang akan saya bicarakan dalam tulisan ini. Gambaran emansipasi mungkin dapat terlihat di gambar ini.

Emansipasi secara kasar saya artikan sebagai seorang perempuan yang "cowok wanna be" baik dari sisi tampilan, tingkah laku, atau mungkin sampai pada gaya bicara. Dan mungkin saya salah satu pihak yang lebih suka mengkritik emansipasi daripada mendukung. Tapi betewe eniwe baswe, kok sekarang malah ngomongin emansipasi? G nyambung GOLOK! Nyambung atau g y terserah, suka-suka yang nulis :p

Oke balik lagi ke emansipasi, menurut pandangan pribadi penulis emansipasi adalah bentuk keegoisan seorang wanita dalam mendeskripsikan kelaukaunnya. Sebagai contoh, untuk hal yang berdampak positif untuk mereka, wanita selalu menyuarakan emansipasi. Sebagai contoh ketika masalah jabatan, masalah karir, masalah kekayaan, masalah lain-lain.

Tapi bagaimana dengan hal-hal "kewanitaan" yang sudah memberi kenyamanan buat mereka, adakah emansipasi disana? Ilustrasi:

gambarnya kekecilan y, cari yg lebih besar dulu.

ternyata tetap tidak menggambarkan. tidak masalah saudara, yang penting pesannya. Jadi sebenarnya yang ingin saya sampaikan, untuk hal dasar seperti di atas tentunya kebanyakan wanita lebih memilih duduk dan tidak berdiri, karena mereka perempuan sudah seharusnya didahulukan. Tapi untuk hal seperti ini dimana emasipasi yang terus menerus didengungkan kaum wanita? Silahkan anda menilai sendiri.

Seharusnya sebagai pendukung emansipasi, seharusnya anda para wanita bersikap seperti ini.

Oke pendapat ini hanya contoh keegoisan emansipasi menurut saya. Bukan berarti saya mendukung PRIA yang membiarkan wanita berdiri ketika dia dengan nyamannya duduk di dalam sebuah bis/bus/bes/bos.

Sekian, kalau ada yang kurang berkenan untuk kaum hawa, saya tidak meminta maaf. :D