Be Good One

Kamis 22 Juni 2017 merupakan salah satu hari bersejarah bagi hidup saya. Pada hari itu, untuk pertama kalinya saya mengalami kecopetan. Barang yang hilang adalah telpon seluler saya yang saya beli jika tidak salah sekitar awal 2017 (atau akhir 2016). Lokasi kejadian pada tempat keramaian yang memang memberi peluang bagi copet untuk beraksi, yaitu Stasiun Tanah Abang.

Waktu menunjukkan pukul 15.20 di Stasiun Manggarai. Dzul, teman yang biasa menjadi partner saya nglaju dari Bintaro - Pramuka tampak waspada dengan situasi stasiun yang ramai namun lebih sepi dari biasanya. "Penumpang hari ini beda, mereka ga biasa commut setiap hari". Memang, bagi kita yang biasa nglaju apalagi menggunakan kereta, salah satu momok yang lumayan mengganggu adalah mereka yang tidak terbiasa naik kereta disaat jam-jam berangkat/pulang kerja. Kekhawatiran berlebihan takut tidak dapat naik membuat mereka yang belum terbiasa dengan kondisi sesak kereta membuat mereka terkadang lebih brutal untuk masuk, mendorong penumpang lain padahal penumpang dari dalam kereta belum seluruhnya turun. Penumpang pada hari itu dipenuhi oleh mereka yang sepertinya sedang ingin belanja ke Tanah Abang, atau sedang dalam perjalanan mudik ke Stasiun Senen atau Gambir.

Kereta arah Tanah Abang tidak terlalu ramai, saya mencoba mencari angin dengan memilih spot dibawah AC yang berhembus. Dan seperti biasa, mendengarkan musik dari walkman jadul saya dan membaca timeline+quora dari telpon selular yang ukurannya sebenarnya terlalu besar untuk badan saya yang kecil. Di depan saya pemuda yang sepertinya seumuran saya sedang tidur (atau setidaknya terlihat tidur) disebelahnya terdapat wanita yang menggunakan kebaya khas betawi yang wajib digunakan PNS Pemda DKI pada hari itu karena bertepatan dengan HUT DKI ke 490. Dari nametag yang dia kenakan terlihat bahwa wanita ini PNS DKI yang berprofesi sebagai Satpol PP, foto pada nametagnya keliatan kontras dengan penampilannya yang feminim pada hari ini.

Kereta pun memasuki Stasiun Tanah Abang. Penumpang yang ingin memasuki kereta terlihat sangat ramai, tentu saja karena kereta ini nantinya akan melalui Stasiun Senen, yang pada hari terakhir bekerja bagi PNS ini dimanfaatkan oleh mereka yang sudah memesan tiket mudik untuk pulang ke kampung halaman.  Pintu kereta terbuka, salah satu penumpang di peron mencoba masuk bahkan ketika belum ada satu pun penumpang di gerbong yang saya tempati turun. "Sabar, biarkan turun dulu" yang merupakan template bagi mereka yang secara rutin menggunakan kereta untuk bekerja untuk mengingatkan mereka yang mencoba mendesak masuk. Di depan pintu saya melihat seorang ibu yang menggendong bayinya, tebakan saya anaknya berumur sekitar satu tahun. Di belakang si ibu, seorang penumpang mencoba mengingatkan pada penumpang lain, "Jaga jarak ada anak kecil, jaga jarak! Jaga jarak!. Si ibu tepat berada di depan saya, dan saya merasakan dorongan yang mulai kuat dari arah belakang membuat saya berinisiatif bergeming untuk menjaga agar dorongan dari belakang saya tidak mengenai balita ini. Apalagi tangga untuk berganti peron jaraknya kurang dari 1 meter dari pintu gerbong kereta. Begitu mencapai tangga, saya merasakan hal yang aneh. Telpon Seluler saya yang saya taruh di kantong depan celana sudah tidak terasa lagi. Partner nglaju saya tersenyum sinis dengan kelakuan mereka yang tidak biasa tertib naik kereta, terutama yang tidak biasa dengan kondisi kereta pada saat pulang kerja, memandangkan wajahnya ke saya seakan ingin membuka topik ini. "Dzul, gw kecopetan. HP gw ilang".

Copet